Permintaan ekspor sawit ke luar negri menurut Ketua Asosiasi Sawit Rakyat Mandiri (ASRM) Berau, Mupit Datusahlan sangat berdampak akan kebutuhan produksi tandan buah segar (TBS). Di mana semakin banyak permintaan dalam maupun luar negeri, akan berdampak pada kebutuhan pasar.
Dirinya menjelaskan, tingginya produktivitas sawit mandiri yang tertahan dikarenakan penolakan di perusahaan, membuat mereka (petani sawit mandiri) akan dilirik oleh perusahaan penyetok bahan sawit di luar negeri.
Mupit menyebut, saat ini lah untuk berkontribusi memberikan pembinaan bagi para petani mandiri, agar bisa mencari partner baik di dalam negeri maupun luar negri, agar dapat memberikan dampak positif.
“Jadi petani sawit mandiri ini bukan hanya menjadi komoditas penghasil buah saja, tetapi kita harus juga meningkatkan pengetahuannya, manajemennya, strategi pengolahan dan pemasaran,” ungkapnya.
Ia berharap dengan adanya peningkatan kapasitas kepada petani sawit mandiri ini, dapat mengolah pola pikir dan pandangan masyarakat terkait hal negatif seperti merusak hutan yang selama ini melekat pada kebun kelapa sawit.
“Regulasi petani mandiripun sampai saat ini belum ada yang melindungi mereka dari berbagai sisi. Jadi semoga pemerintah membuat aturan yang menguntungkan petani-petani plasma atau petani kemitraan, yang bermitra langsung dengan perusahaan. Baik itu dari segi harga dan hak pengelolaan,” pungkasnya.